Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Rasulullah SAW bersabda:
“Jika dia pergi mencari dunia secukup keperluan anak kecilnya, maka dia berjalan di jalan Allah. Jika dia pergi mencari dunia secukup keperluan kedua orang tuanya yang sudah tua renta, maka dia berjalan di jalan Allah. Jika dia pergi mencari dunia untuk keperluan diri sendiri agar tidak meminta-minta kepada orang lain, maka dia berada di jalan Allah. Dan jika dia pergi mencari dunia untuk pamer dan kebanggaan, maka dia berada di jalan setan.”
(HR. Imam Thabrani)
Hadits ini menjelaskan niat dan tujuan dalam mencari rezeki yang akan menentukan apakah seseorang berada di jalan Allah atau di jalan yang tidak diridhai-Nya. Mencari rezeki adalah bagian dari kehidupan manusia, namun Islam sangat menekankan pentingnya niat yang lurus dalam usaha tersebut.
- Mencari Rezeki untuk Anak-Anak dan Keluarga
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa jika seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, ia dianggap berjalan di jalan Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya tanggung jawab terhadap keluarga dalam pandangan Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.”
(QS. Al-Baqarah: 233)
Ayat ini menegaskan bahwa seorang ayah wajib menyediakan kebutuhan anak-anak dan keluarganya dengan cara yang baik dan sesuai kemampuan.
- Berbakti Kepada Orang Tua
Seorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya yang telah tua renta juga dikatakan berjalan di jalan Allah. Islam sangat memuliakan orang tua, dan berbakti kepada mereka adalah salah satu bentuk ibadah yang besar pahalanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.”
(QS. Al-Ankabut: 8)
Mengurus orang tua yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri adalah bentuk bakti yang tinggi di sisi Allah SWT.
- Mencari Nafkah untuk Diri Sendiri
Islam juga menganjurkan untuk bekerja agar seseorang tidak menjadi beban bagi orang lain. Jika tujuan bekerja adalah untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri dan menjaga kehormatan dengan tidak meminta-minta, maka orang tersebut juga dianggap berada di jalan Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam hadits lain:
“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
(HR. Bukhari)
Hadits ini mengajarkan pentingnya kemandirian dan menjaga harga diri dengan bekerja keras.
- Peringatan Terhadap Riya dan Pamer
Namun, jika niat seseorang dalam bekerja adalah untuk pamer, berbangga-bangga, atau mencari kemuliaan dunia semata, maka ia berada di jalan setan. Riya atau pamer adalah salah satu bentuk syirik kecil yang sangat dicela dalam Islam. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mengharap pujian dari orang-orang agar kamu terlihat baik di mata mereka, karena yang demikian itu hanyalah kesenangan dunia yang menipu.”
(QS. Al-Baqarah: 264)
Kesimpulan
Hadits ini mengajarkan bahwa bekerja mencari rezeki dapat menjadi ibadah yang berpahala, asalkan niatnya lurus dan tujuannya untuk memenuhi kebutuhan yang benar. Sebaliknya, jika niat tersebut terjerumus ke dalam riya, kesombongan, atau sekadar mengejar dunia, maka seseorang dapat tergelincir ke dalam dosa. Semoga kita selalu berada di jalan yang diridhai Allah SWT.










